MALAM JUMAT LEGI, TRADISI NYEKAR ATAU ZIARAH KUBUR MASYARAKAT JAWA

Kantor Berita Patriot Semeru.com
   Kolom : Citizen Jurnalism
   Rubrik : Artikel Opi
Penulis oleh : Eli Tita
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 
Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Indonesia terdiri dari berbagai kepercayaan yang beragam. Keberagaman ini membentuk budaya atau tradisi yang berbeda-beda antara agama satu dengan agama yang lainnya. Setiap agama memiliki ciri khas kebudayaannya masing-masing. Tentunya, ada keterkaitan antara agama dengan budaya. Keduanya tidak dapat terpisahkan dikarenakan keduannya dibentuk dari hasil pemikiran dan usaha yang dilakukan manusia.
Tradisi sendiri merupakan suatu hal terkait dengan kebiasaan tertentu yang dilakukan secara terus-menerus. Tradisi dikenal sebagai budaya yang saat ini berkembang yang merupakan kebiasaan turun temurun dari nenek moyang.
Salah satu contohnya yaitu tradisi dijawa pada malam jumat legi terdapat beberapa orang yang masih melestarikan tradisi nyekar setiap malam jumat legi. Tradisi nyekar pada malam jumat legi bagi masyarakat jawa sudah tidak asing lagi. Tradisi ini sudah melekat dari dulu pada masyarakat jawa.
Pada masyarakat jawa sendiri jumat legi dianggap sebagai hari yang sacral karena keistimewaanya dan dianggap penuh mesteri. Pada malam jumat legi, masyarakat jawa meyakini bahwa roh-roh para leluhur akan pulang kerumah dan meminta kiriman doa yang ditujukan kepada orang yang meninggal itu. Masyarakat jawa, bukan hanya sekedar memberikan doa lalu pulang begitu saja, melainkan mereka juga membersihkan makam dan menaburi bunga.
Problematika dalam tradisi malam jumat legi 
Dalam masyarakat jawa mereka mempercayai bahwa bila mereka pada malam jumat legi tidak nyekar ke kubur untuk mendoakan keluarganya yang sudah meninggal. Terdapat asumsi-asumsi masyarakat bahwa orang yang masing hidup akan mengalami sakit dan mereka bilang itu adalah sakit dikarenakan ketempelan orang yang sudah meninggal.
Solusi dari problematika 
Melakukan ziarah atau nyekar ke kubur setiap malam jumat legi. Kegiatan tersebut sebagai pelajaran untuk mengingatkan kita bahwa setiap manusia akan mengalami kematian. Lagi pula, mendoakan orang yang sudah meninggal tidak membuat kita menjadi rugi dalam dunia.
Pembahasan teori ahli dengan tradisi malam jumat legi
Disini teori ahli yang saya gunakan adalah Prof. Dr. Selo Soemardjan. Sosiologi menurut Selo Soemardjan adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Logika analisis tradisi malam jumat legi yang ada di masyarakat jawa adalah mereka yang melakukan ziarah kubur akan bertemu dengan penziarah lainnya yang berinteraksi, walau hanya melakukan interaksi sapa atau tanya kabar. 
Mereka yang ingin mencari rezeki juga bisa menjual bunga tabur untuk ziarah kubur. Pembeli bunga dan penjual bunga dapat melakukan interaksi secara langsung. Mereka juga telah melakukan perubahan sosial.
Kesimpulan
Indonesia memliki banyak tradisi dan budaya yang berbeda-beda. Kita sebagai warga Indonesia yang baik seharusnya menghargai dan menghormati kebudayaan pada masing-masing daerah.
  (Redaksi)

0 Response to "MALAM JUMAT LEGI, TRADISI NYEKAR ATAU ZIARAH KUBUR MASYARAKAT JAWA"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel