Mengenal Candi Singosari pada masa Bercorak Hindu dan Budha.

Kantor Berita Patriot Semeru,.com
Kolom : Opini Citizen Jurnalism
Penulis : Ragil Andriansyah Sugiyo
Prodi : PPKN/Civic Hukum
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Sosial
Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Peninggalan bersejarah yang cukup terkenal di kabupaten Malang adalah Candi Menara atau yang lebih dikenal dengan nama Candi Singhasari atau Singosari. Candi ini juga dikenal dengan nama Candi Renggo,karena letaknya di desa Candirenggo,kecamatan Singosari,kabupaten Malang atau kurang lebih 10 kilometer ke arah utara kota Malang.Candi Singosari bercorak Hindu dan diperkirakan dibangun pada awal abad 19 atau sekitar tahun 1800 – 1850.Dalam kitab Pararaton,Candi Singosari adalah tempat pendarmaan raja Kertanegara. Dalam kitab itu disebutkan,Ciri Ciwabudha dhinarma ring Tumapel, bhisekaning dharma ring Purwapatapan yang artinya Sri Suwabudha (sebutan raja Kertanegara) didharmakan (dibuatkan bangunan peringatannya) di Tumapel.Nama bangunan peringatannya adalah Purwapatapan atau Candi Singosari.
Cerita tentang Candi Singosari lainnya, juga dikisahkan dalam kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca.Dalam kitab tersebut, dikisahkan tentang permainan politik Kertanegara dalam memperluas dan memperkuat Singosari. Akibat dari permainan politik inilah, Kertanegara berhasil dibunuh oleh Jayakatwang (Kediri) yang dibantu oleh Arya Wiraraja (Bupati Sumenep) dalam sebuah serangan di tahun 1292.Setelah Kertanegara terbunuh, ada penghargaan yang diberikan kepadanya. Diantaranya sebagai Syiwa Budha yang diwujudkan di Candi Jawi, Bhairawa di Candi Singosari dan di Sagala sebagai Jina (Wairocana) bersama permaisurinya Bajradewi.
Adapun yang menyatakan yaitu Berdasarkan keterangan dalam Prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari adalah Kerajaan Tumapel. Nama Tumapel juga muncul dalam berita Tiongkok dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan. Kakawin Nagarakretagama memperjelas jika ibu kota Tumapel bernama Kutaraja ketika pertama kali didirikan tahun 1222.Pararaton menyebut Tumapel awalnya hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Panjalu atau Kerajaan Kadiri. Adapun yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Dia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri, yaitu Ken Angrok, yang kemudian mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Ken Angrok lantas menikahi janda Tunggul Ametung yang saat itu sedang mengandung, yaitu Ken Dedes. Anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung ini nantinya diberi nama Anusapati. Selain beristrikan Ken Dedes, Ken Angrok mempunyai satu istri lagi bernama Ken Umang yang kelak melahirkan anak laki-laki bernama Tohjaya.Ketika berkuasa, Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada 1221, terjadi perseteruan antara Kertajaya, raja Kerajaan Kadiri, dengan kaum brahmana. Para brahmana lantas menggabungkan diri dengan Ken Angrok. Perang melawan Kadiri lantas meletus di Desa Genter pada 1222 yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Tumapel, tetapi tidak menyebutkan adanya nama Ken Angrok. Dalam naskah itu, pendiri Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya, raja Kadiri.Pada 1253, Wisnuwardhana kemudian mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja (putra mahkota) dan mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari.Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Inilah yang membuat Tumapel juga dikenal dengan nama Kerajaan Singhasari.Penemuan Prasasti Mula Malurung di sisi lain memberikan pandangan yang berbeda dengan versi Pararaton, yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel. Prasasti yang dikeluarkan Kertanagara tahun 1255 atas perintah Wisnuwardhana itu menyebutkan jika Tumapel didirikan oleh Rajasa yang dijuluki “Batara Syiwa”, setelah menaklukkan Kerajaan Kadiri.Nama ini kemungkinan adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri Tumapel itu dipuja sebagai Syiwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa Ken Angrok lebih dulu menggunakan julukan Batara Syiwa sebelum maju dalam perang melawan Kadiri.
Prasasti itu juga menyatakan jika kerajaan kemudian terpecah menjadi dua sepeninggal Ken Angrok, yaitu Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati dan Kadiri yang dipimpin oleh Mahesa Wong Ateleng alias Batara Parameswara. Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti itu juga menyebutkan bahwa Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara.
Lebih lanjut, prasasti ini menyatakan Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama yang tidak menyebut Tohjaya sebagai raja di Singhasari. Selain itu, pemberitaan dalam Nagarakretagama yang menyebut Kertanagara naik takhta tahun 1254 juga dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri terlebih dahulu, kemudian barulah pada 1268 dia bertakhta di Singhasari.
Jadi di sini saya akan mengkaitkan materi di atas yang berjudul Candi Singosari pada masa Bercorak Hindu dan Budha dengan menurut ahli dari Prof.Dr.Soerjono Soekanto.Prof Dr.Soerjono Soekanto menyatakan bahwa sosiologi yang mempelajari struktur sosial termasuk perubahan keseluruhan jalinan antara unsur unsur yang pokok kaidahnya sosiologi,lembaga-lembaga social.
Logikanya analisis dari candi singosari pada masa bercorak Hindu dan Budha dengan menurut pendapat Prof.Dr.Soerjono Soekanto adalah kita tidak boleh meninggalkan budaya atau tradisi adat jawa sampai sekarang,karena kalau kita melupakan adat tradisi jawa kita tidak punya sejarah bagaimana penjajahan zaman dahulu,bagaimana candi ini berasal,dan siapa pendirinya,itu semua harus kita ketahui.Oleh karena itu saya disini menjelaskan bagaimana candi singasari itu berasal dan pendirinya siapa di zaman Hindu dan Budha.
Struktur sosiologinya adalahnya Candi Singasari adalah candi yang dibangun sekitar tahun 1300 Masehi. Candi ini sengaja dibangun sebagai bentuk penghormatan atas Raja Kertanegara yang gugur karena pengkhianatan dan pemberontakan oleh anak buahnya, yakni Jayakatwang.
Kesimpulannya adalah Candi ini dibangun sebagai simbol untuk menghormati kebesaran raja Kertanegara yang gugur karena pemberontakan yang dilakukan Jayakatwang. Jejak-jejak Kerajaan Singosari dimasa lampau ternyata masih bisa kita lihat keberadaannya hingga saat ini.
(Redaksi)




0 Response to "Mengenal Candi Singosari pada masa Bercorak Hindu dan Budha."

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel