TRADISI JAWA SAAT 1 MUHARRAM (SATU SURO)

Kantor Berita Patriot Semeru.com
Kolom : Citizen Jurnalism
Rubrik: Opini
Penulis Oleh : Sefti Tri Wahyuni
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 
Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

   Di Indonesia terdapat banyak tradisi yang masih melekat pada masing-masing suku yang ada yang di indonesia salah satunya suku jawa yang masih menjalankan tradisi-tradisi warisan leluhur.  Suku jawa merupakan suku terbesar di indonesia yang menepati jawa tengah, jawa timur, jawa barat, dan daerah lainnya yang masih ditempati oleh suku jawa. Suku jawa dikenal akan tatakarma, lemah, lembut, dan sopan. Di Jawa Timur sendiri tepatnya di Kab. Malang, Sumbermanjing Wetan masih menjalankan tradisi suku jawa seperti memperingati 1 muharram atau lebih dikenal dengan malam satu suro. Malam satu suro ini disebut malam pergantian tahun jawa, dalam penyambutan pergantian tahun ini masyarakat menyiapakan beberapa kegiatan seperti masyarakat melakukan genduren (tasyakuran) yang dilaksankan di pertigaan atau perempatan jalan. Tak hanya itu saja terdapat beberapa masyarakat menyambut satu suro dengan persiapan yang matang karena satu suro waktu yang tepat untuk melakukan tradisi-tradisi warisan leluhur jawa seperti: 
1. Jamasan Pusaka
Tradisi ini lebih dikenal dengan mencuci benda-benda pusaka peninggalan 
Leluhur atau benda pusaka lainnya yang berharga. Benda-benda tersebut hanya dicuci satu tahun sekali yakni pada satu suro. Tidak semua orang menjalankan tradisi ini karena hanya beberapa orang saja yang memiliki benda-benda pusaka.
2. Kirab Suro 
Tradisi ini melibatkan seluruh masyarakat desa ikut berpartisipasi. Kirab suro masyarakat Bersama-sama berjalan dengan membawa hasil bumi. Hasil bumi ini nantinya akan dibagikan-bagikan. Biasanya rute perjalanan kirab suro ini mengelilingi desa dengan finish di Balai Desa. Dalam tradisi ini terkadang juga dimeriahkan oleh acara karnaval dengan menampilkan kreativitas warga.
3. Wayangan
Tradisi ini diselenggarakan oleh Desa yang dimana dana untuk melaksanakan wayangan ini berasal dari sumbangan seluruh masyarakat desa. Diadakan wayangan ini sebagai ungkapan rasa syukur dengan tujuan lain sebagai hiburan untuk masyarakat desa.
 Malam satu suro dianggap malam sakral karena dimana malam satu suro ini malam peralihan menuju tahun baru. Dibulan suro masyarakat tidak diperbolehkan untuk pulang larut malam, dan tidak diperbolehkan untuk tidur lebih awal. Sehingga masyarakat pada bulan suro lebih banyak melekan (tidak tidur). Tapi hal tersebut hanya sebagian orang yang menjalankannya, terdapat orang-orang yang mengabaikan larangan tersebut. Dibulan suro setiap orang lebih ditekankan untuk berhati-hati dalam melakukan sesuatu. 

Masalah Sosial mengunakan sudut pandang Auguste Comte
Jika mengunakan sudut pandang Auguste Comte dalam masalah sosial akibat tradisi 1 muharram atau satu suro yakni setiap tradisi masyarakat yang selalu dilaksanakan, tidak pernah ditinggalkan ini menimbulkan masalah-masalah sosial jika tradisi ini ditinggalkan. Seperti munculnya omongan-omongan warga jika orang tersebut meninggalkan tradisi kramat.  Dan akan berdampak positif apa bila tradisi ini tetap dilaksanakan karena dapat menciptakan kebersamaan setiap masyarakatnya.keras yang dapat menganggu pendengaran selalu ada dampak positif dan negatif. Dengan adanya masalah sosial seharusnya dalam melaksanakan tradisi jawa harus tetap dilestarikan.
Jadi, tradisi satu suro merupakan salah satu tradisi masyarakat jawa yang harus tetap dilestarikan sampai kapanpun. Karena setiap tradisi memiliki nilai sakralnya masing-masing yang harus dijaga.
  ( Redaksi)

0 Response to "TRADISI JAWA SAAT 1 MUHARRAM (SATU SURO)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel