Febry Diansyah : Siapa Yang Ingin Lemahkan dan Kuasai KPK ?



PR BEKASI - Eks Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah kembali memaparkan pandangannya terkait putusan Pimpinan KPK terhadap 75 pegawai KPK yang tak lulus Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).
Febri Diansyah mengatakan, menyingkirkan 75 pegawai KPK tersebut sama saja dengan upaya untuk membuat KPK lebih mudah dikuasai.
"Menyingkirkan 75PegawaiKPK terbaik sama dengan membuat KPK lebih mudah dikuasai. Siapa yang ingin kuasai KPK? Siapa yang berkepentingan KPK melemah?," kata Febri Diansyah, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari cuitan Twitter @febridiansyah, Jumat, 28 Mei 2021.
"Atau siapa yang akan gunakan KPK demi kepentingan pribadi/kelompok dan habisi lawan-lawannya? Siapa pun itu, di sinilah pentingnya sebuah KPK yang independen," sambungnya.
Tangkapan layar cuitan Febri Diansyah soal 75 pegawai KPK./ Twitter @febridiansyah
Febri Diansyah menuturkan, pada awalnya ada pihak-pihak yang berpikir bahwa KPK sudah bisa dikuasasi dan dilemahkan sejak revisi UU KPK berhasil dilakukan.
"Sepaket dengan Pimpinan KPK yang lahir dari proses dan calon yang kontroversial. Tapi sejumlah pegawai KPK coba terus berbuat hingga OTT dua kasus besar tak terbendung dan dua menteri dari parpol jadi tersangka," kata Febri Diansyah.
Menurutnya, dengan adanya dua OTT itulah yang tampaknya menjadi salah satu alasan kenapa 75 pegawai KPK yang tak lulus TWK itu harus disingkirkan.
"Meskipun tenggat waktu dua tahun yang diamanatkan UU masih sampai dengan Oktober-November. Disinilah 'wawasan kebangsaan' dibajak untuk kepentingan penyingkiran tersebut. Bahkan, putusan MK tidak dilaksanakan dan arahan Presiden tidak dihargai," tutur Febri Diansyah.
Lebih lanjut, Febri Diansyah mengatakan bahwa selalu ada satu isu konyol yang konsisten digunakan sejak 2019 lalu untuk melemahkan KPK.
"Ada Taliban di KPK, isu yang dikembangkan sedemikian rupa untuk mematikan akal sehat publik. Tak bisa dpungkiri, sejumlah orang tertipu dengan isu ini. Sekarang isu itu diolah lagi. Tapi entah karena apa cap 'merah' berubah dari 75 jadi 51," ujar Febri Diansyah.
Febri Diansyah juga menyebut bahwa ada isu lain yang digunakan untuk menyerang Novel Baswedan, yang sejak dulu terkenal dalam memimpin pembongkaran sejumlah skandal korupsi besar di Indonesia.
"Novel distigma, dituduh, dan dihubungkan dengan Gubernur DKI. Padahal penugasan penanganan kasus merupakan wewenang pimpinan, deputi, dan direktur," kata Febri Diansyah.
Febri Diansyah pun paham bahwa semua isu, fitnah, dan kebohongan dapat digunakan dengan cara dijahit sedemikian rupa agar KPK tumbang, hancur, dan mati.
Namun, dirinya merasa miris ketika melihat arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tak memberhentikan pegawai KPK atas dasar TWK, yang disampaikan secara terbuka tidak dihargai dan bahkan diabaikan.
"Wajar kita bertanya, siapa yang sangat berkepentingan saat ini menyingkirkan #75PegawaiKPK terbaik. Atau, siapa yang sekuat itu bisa mengabaikan arahan Presiden dan tidak melaksanakan putusan MK secara utuh? Apa kepentingan besar ke depan yang sedang disusun?," tutur Febri Diansyah.
Terakhir, Febri Diansyah mengajak semua pihak agar tak lelah terus berjuang, karena dia yakin pemberantasan korupsi adalah ikhtiar terbaik untuk bangsa Indonesia ke depannya.
Sbr : Pikiran Rakyat

0 Response to "Febry Diansyah : Siapa Yang Ingin Lemahkan dan Kuasai KPK ?"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel